Selasa, 31 Maret 2009

A.H NASUTION

Bandung Lautan Api menjadi istilah yang terkenal setelah peristiwa pembakaran Kota Bandung. Banyak yang bertanya-tanya darimana istilah ini berawal. Almarhum Jenderal Besar A.H Nasution teringat saat melakukan pertemuan di Regentsweg (sekarang Jalan Dewi Sartika), setelah kembali dari pertemuannya dengan Sutan Sjahrir di Jakarta, untuk memutuskan tindakan apa yang akan dilakukan terhadap Kota Bandung setelah menerima ultimatum Inggris.
Jadi saya kembali dari Jakarta, setelah bicara dengan Sjahrir itu. Memang dalam pembicaraan itu di Regentsweg, di pertemuan itu, berbicaralah semua orang. Nah, disitu timbul pendapat dari Rukana, Komandan Polisi Militer di Bandung. Dia berpendapat, “Mari kita bikin Bandung Selatan menjadi lautan api.” Yang dia sebut lautan api, tetapi sebenarnya lautan air”.
Pada saat pertemuan itu memang muncul usulan untuk meledakkan Sang Hyang Tikoro, terowongan Sungai Citarum di daerah Rajamandala, agar Kota Bandung kembali menjadi danau. (Cerita tentang Sang Hyang Tikoro dan Danau Bandung akan dituliskan pada kesempatan lain, Insya Allah)
Istilah Bandung Lautan Api muncul pula di harian Suara Merdeka tanggal 26 Maret 1946. Seorang wartawan muda saat itu, yaitu Atje Bastaman, menyaksikan pemandangan pembakaran Bandung dari bukit Gunung Leutik di sekitar Pameungpeuk, Garut. Dari puncak itu Atje Bastaman melihat Bandung yang memerah dari Cicadas sampai dengan Cimindi. Pemandangan yang sama yang dilihat oleh A.H Nasution bersama Rukana dari arah Ciparay.
Jadi dengan ledakan itu, saya dengan Rukana naik ke atas, di tempat listrik. Melihat betul-betul dari Cimahi sampai Ujungberung sudah api semua itu. Setelah tiba di Tasikmalaya, Atje Bastaman segera menulis berita dan memberi judul Bandoeng Djadi Laoetan Api. Namun karena kurangnya ruang untuk tulisan judul tersebut, maka judul berita diperpendek menjadi Bandoeng Laoetan Api.
Beberapa waktu kemudian, seiring dengan munculnya lagu Halo-Halo Bandung, istilah Bandung Lautan Api menjadi semakin terkenal dikalangan penduduk dan pejuang Bandung Selatan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar